B.J. Habibie memulai karier politiknya pada tahun 1998, saat Indonesia berada dalam krisis ekonomi dan politik yang sangat besar. Pada saat itu, Indonesia sedang mengalami krisis moneter, inflasi yang tinggi, serta ketidakpuasan masyarakat terhadap kepemimpinan Presiden Soeharto yang telah berkuasa selama lebih dari 30 tahun. Pada Mei 1998, Soeharto terpaksa mengundurkan diri akibat tekanan politik yang semakin besar, dan Habibie yang saat itu menjabat sebagai Wakil Presiden, dilantik sebagai Presiden Indonesia yang baru.Putut0gel
Habibie dihadapkan pada tantangan berat karena negara dalam keadaan krisis. Salah satu langkah pertama yang diambilnya adalah membuka sistem politik Indonesia, dengan melakukan amandemen terhadap UUD 1945 dan menghapuskan beberapa pembatasan kebebasan berpendapat. Ia juga mendorong pembentukan partai politik dan mengadakan pemilu yang lebih bebas dan adil pada 1999. Langkah ini membuka jalan bagi Indonesia untuk menjalani transisi menuju sistem demokrasi yang lebih terbuka.
Di sisi ekonomi, Habibie mewarisi Indonesia yang terpuruk dalam krisis moneter. Pemerintahannya berusaha keras untuk menstabilkan ekonomi negara melalui kebijakan-kebijakan yang difokuskan pada restrukturisasi utang luar negeri, penyehatan perbankan, serta reformasi ekonomi lainnya. Meski demikian, banyak pihak yang meragukan kemampuannya untuk mengatasi krisis, karena banyaknya tantangan yang harus dihadapi.
Selain masalah ekonomi, Habibie juga menghadapi tantangan politik yang besar, yaitu separatisme di Timor Timur dan kerusuhan di berbagai daerah. Pada masa kepemimpinannya, Habibie memutuskan untuk memberikan kemerdekaan kepada Timor Timur setelah sebelumnya menjadi provinsi Indonesia sejak 1975. Keputusan ini diambil setelah melalui proses yang cukup panjang dan mendapat tekanan internasional yang besar. Meskipun keputusan tersebut menyebabkan ketegangan dan kerusuhan, Habibie dianggap sebagai pemimpin yang berani mengambil langkah besar untuk mengakhiri konflik tersebut.Putut0gel
Namun, meskipun berhasil memperkenalkan banyak reformasi, Habibie tidak berhasil mendapatkan dukungan yang cukup untuk melanjutkan masa jabatannya. Pada Pemilu 1999, Habibie kalah dari Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dalam pemilihan presiden, meskipun ia memiliki banyak prestasi dalam membangun demokrasi di Indonesia. Habibie mengakhiri masa jabatannya pada Oktober 1999 dan digantikan oleh Gus Dur, tetapi warisan reformasi dan perubahan yang dibawanya tetap menjadi bagian penting dari perjalanan sejarah Indonesia.